Laman

Jumat, 05 Agustus 2011

Komponen Dasar Pada Computed Radiography (CR)


a. Imaging Plate (IP)
Imaging Plate (IP) merupakan komponen utama pada sistem CR. Imaging Plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan energi sinar – x, dan energi tersebut dapat dibebaskan atau dikeluarkan melalui proses scanning dengan menggunakan laser.

Gambar 2.3 Struktur Imaging Plate
...( Sumber : Merill’s.., Tenth Edition, Chapter 34, Computed Radiography : 358 )
1). Struktur Imaging Plate ( IP )
i. Protective layer
Berukuran tipis, dan transparant berfungsi untuk melindungi IP
ii. Phospor layer
Mengandung Barium fluorohalide dalam bahan pengikatnya.
iii. Reflective layer
Terdiri dari partikel yang dapat memantulkan cahaya.
iv. Conductive layer
Terdiri dari kristal konduktif. Fungsinya adalah untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh electrostatic selain itu juga ia mempunyai kemampuan untuk menyerap cahaya dan dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan ketajaman gambaran.
v. Support layer
Mempunyai struktur dan fungsi yang sama seperti yang ada pada Intensifying screen.
vi. Backing layer
Lapisan sofy polimer untuk melindungi IP selama proses pembacaan di dalam Image Reader.
vii. Bar code label
Digunakan untuk memberikan nomor seri dan untuk mengidentifikasi imaging plat tertentu yang kemudian dapat dihubungkan dengan data pasien.
b. Kaset
Kaset pada Computed Radiography bagian depan (tube side) terbuat dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari almunium. Kaset Kodak di design untuk dapat menahan tekan sebesar 400 lbs.


Gambar 2.4 Kaset Kodak
( Sumber : www.ceessentials.net/article11​.html )

Gambar 2.5 barcode pada kaset CR
( Sumber : www.ceessentials.net/article11​.html )

c. Image Reader
Image Reader adalah komponen pada sistem CR yang mempunyai beberapa fungsi yaitu melepaskan Imaging Plate dari kaset, melakukan proses pembacaan pada Imaging Plate, melakukan proses penghapusan data pada Imaging Plate, dan proses pemasangan kembali Imaging Plate ke kaset. Data pada Imaging Plate berupa bayangan latent distimulasi dengan neon-helium laser kemudian akan terjadi peristiwa Luminescence, yang mana Imaging Plate akan memancarkan cahaya. Selanjutnya cahaya tersebut akan ditangkap oleh Photo Multiplier Tubes (PMTs) menjadi sinyal elektrik yang akan dikonversi ke dalam data digital oleh Analog Digital Converter (ADC), kemudian data digital tersebut akan ditampilkan pada layar monitor atau LCD.

Gambar 2.6 Image Reader
( Sumber : www.ceessentials.net/article11​.html )

Gambar 2.7 helium-neon laser
( Sumber : CR RSAB Harapan Kita Jakarta )

Gambar 2.8 Ilustrasi pencahayaan helium-neon laser
( Sumber : Ilustrasi Pribadi )

Gambar 2.9 Proses pembacaan Imaging Plate didalam Image Reader
( Sumber : Merill’s.., Tenth Edition, Chapter 34, Computed Radiography : 358 )


Gambar 2.11 Tampilan pada monitor/LCD Computed Radiografi
( Sumber : www.ceessentials.net/article11​.html )

d. Dry Processing
Methode Dry Processing mengacu pada pembangkitan gambaran tanpa menggunakan cairan kimia. Banyak keuntungan yang didapat dalam penggunaannya yaitu : tidak ada penanganan, perawatan, dan pembuangan bahan kimia, tidak memerlukan kamar gelap, mengurangi dampak pencemaran lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia dalam proses pembentukan gambaran. Methode Dry Processing pada sistem CR di Rs. Husada menggunakan tipe Kodak Dry view 8900 Laser Imager. Pada prinsip kerja penggunaan Laser Imager sama saja dengan yang terdapat pada proses pembangkitan gambaran pada konventional radiografi, yang mana terdapat proses developer (pembangkitan) dan fixer (penetapan). Dimana bila dalam konventional radiografi, proses tersebut memerlukan cairan kimia sedangkan pada Laser Imager tidak. Pada proses developer (pembangkitan) Laser Imager menggunakan laser untuk membentuk gambaran pada film, dan pada proses fixer (penetapan) Laser Imager menggunakan thermal atau panas dalam mentetapkan gambaran.

Gambar 2.12 Kodak Dry view 8900 Laser Imager
( Sumber : Foto Pribadi )


Gambar 2.13 Alur pencetakan film pada sistem CR
( Sumber : Foto Pribadi )

e. Film Laser Imaging

Gambar 2.14 Tempat Film Laser Imager
( Sumber : www.google.com )
Film laser adalah film silver halide yang sensitive terhadap cahaya merah yang dipancarkan oleh sinar laser. Film laser merupakan jenis film single emulsi.

2. Pembentukan Gambaran Pada Sistem Computed Radiography
Dalam proses radiografi sistem CR terdapat beberapa tahap yaitu :
a. Tahap Input
i. Pada saat sinar – x menembus objek, akan terjadi attenuai (perlemahan) akibat dari kerapatan objek karena berkas sinar – x yang melalui objek tersebut.
ii. Berkas sinar – x yang telah melalui objek tersebut, kemudian ditangkap atau terperangkap didalam Storage Phospor Screen atau Imaging Plate.

b. Tahap Proses
i. Pada tahap ini, kaset atau Imaging Plate yang telah tereksposi akan diproses didalam Image Reading untuk melalui proses pembacaan sehingga gambaran akan tampak pada layar monitor atau LCD.
ii. Gambaran dalam tampilan LCD tersebut dapat dilakukan rekonstruksi atau dimanipulasi sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan.

c. Tahap Output
i. Dalam tahap ini terdapat 2 (dua) pilihan yaitu : gambaran akan dicetak dengan film atau disimpan didalam file khusus.
ii. Gambaran akan dicetak menggunakan Laser Imager.

Keistimewaan Bulan Ramadhan

Dan termasuk dari keistimewaan-keistimewaan bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:

1. Pada bulan tersebut diwajibkannya puasa Ramadhan.

Puasa Ramadhan merupakan rukun keempat dari rukun-rukun Islam dan merupakan pondasi Islam yang agung, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولَ الله، وَإِقامِ الصَّلاةِ، وَإيتَاءِ الزَّكاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ البَيْتِ الحَرَامِ

Islam dibangun di atas 5 pondasi (rukun) : Persaksian bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali hanya Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah.(Muttafaqun ‘Alaihi)

Hal ini termasuk dari perkara agama yang telah diketahui secara umum dan telah disepakati oleh kaum muslimin seluruhnya bahwasanya ibadah puasa termasuk dari ibadah yang wajib dari kewajiban-kewajiban yang Allah ta’ala tetapkan kepada setiap muslim.

2. Kewajiban melaksanakan ibadah puasa Ramadhan atas umat ini bersifat fardhu ‘ain, yaitu wajib bagi setiap individu muslim untuk melaksanakannya. Berdasarkan firman Allah ta’ala:

( فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ )

Maka barangsiapa diantara kalian menyaksikan (hadir di negerinya) bulan Ramadhan maka wajib baginya untuk berpuasa. (Al Baqarah: 185)

3. Pada bulan tersebut diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan (kesesatan) kepada cahaya (petunjuk), menunjuki manusia kepada jalan kebenaran dan bimbingan yang mulia, serta akan menjauhkan manusia dari jalan yang menyimpang dan penuh kesesatan. Dengan Al Qur’an tersebut juga akan memberikan bashirah (ilmu) pada perkara-perkara agama dan dunia mereka dengan jaminan mereka akan mendapatkan kebahagiaan dan kemenangan, baik yang disegerakan di dunia ataupun baru diberikan ketika di akhirat kelak. Allah ta’ala berfirman

( شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ )

Bulan Ramadhan yang telah diturunkan di dalamnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai penjelas dari petunjuk dan pembeda. (Al Baqarah: 185)

4. Pada bulan tersebut dibuka pintu-pintu Al Jannah karena banyaknya amalan-amalan shalih yang disyariatkan pada bulan Ramadhan yang akan memasukkan pelakunya ke dalam Al Jannah. Dan pada bulan tersebut ditutup pintu-pintu An Naar karena sedikitnya orang yang berbuat maksiat dan dosa-dosa yang akan memasukkan pelakunya ke dalam An Naar.

5. Pada bulan tersebut para setan dibelenggu dan diikat sehingga kekuatannya menjadi lemah untuk bisa menyesatkan orang-orang yang taat dan memalingkan mereka dari amalan yang shalih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Jika telah datang bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu Al Jannah dan ditutuplah pintu-pintu An Naar dan para setan dibelenggu. (HR. Bukhari, Muslim, An Nasa’i).

6. Pada bulan tersebut Allah ta’ala memiliki hamba-hamba yang akan dibebaskan dari An-Naar. berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّ لِلَّهِ تبارك وتعالى عِنْدَ كُلِّ فِطْرٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ في كُلِّ لَيْلَةٍ

Sesungguhnya Allah tabaraka wata’ala setiap kali saat berbuka memiliki hamba-hamba yang berhak untuk dibebaskan dari An Naar, yang demikian itu terjadi pada setiap malam. (HR. Ibnu Majah, Ahmad, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).

7. Pada bulan tersebut Allah Ta’ala melimpahkan ampunan kepada orang-orang yang melaksanakan puasa Ramadhan atas dasar keimanan yang jujur dan mengharapkan pahala di sisi Allah ta’ala berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala maka dia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaqun ‘Alaihi).

8. Pada bulan tersebut disunnahkan untuk melaksanakan ibadah shalat tarawih dalam rangka mengikuti sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang menegakkan shalat malam (tarawih) pada bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala maka dia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaqun ‘Alaihi).

9. Pada bulan tersebut terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan dan barangsiapa yang dia menghidupkan malam tersebut maka dia akan mendapatkan ampunan dari Allah ta’ala, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

إنَّ هَذاَ الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَة خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرُهَا إِلا مَحْرُومٌ

Sesungguhnya bulan (Ramadhan) ini telah datang kepada kalian, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa yang diharamkan dari mendapatkan malam tersebut maka sungguh dia telah diharamkan dari kebaikan seluruhnya, dan tidaklah diharamkan dari mendapatkan kebaikan malam tersebut kecuali mereka yang memang orang yang diharamkan untuk mendapatkannya.(HR. Ibnu Majah, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: hasan shahih).

Dan juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadr atas dasar keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala maka dia akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu.(Muttafaqun ‘Alaihi)

10. ibadah puasa Ramadhan yang dilakukan pada tahun ini dan tahun sebelumnya akan menghapuskan dosa-dosa kecil yang dilakukan di antara keduanya dengan syarat dia harus menjauhi dosa-dosa besar, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ ما بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ

Shalat-shalat yang lima waktu, shalat Jum’at yang satu ke Jum’at yang berikutnya, dan puasa Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya akan menghapuskan dosa-dosa kecil di antara keduanya jika ia meninggalkan dosa-dosa besar. (HR. Muslim, Ahmad).

Lebih dari itu, yang menunjukkan keistimewaan bulan Ramadhan, bahwasanya pada bulan tersebut pernah terjadi beberapa peristiwa penting :

Seperti perang Badr Kubra yang dengannya terbedakan antara Al-Haq dengan Al-Bathil. Pada perang tersebut Allah ta’ala menolong Islam dan kaum muslimin serta menghancurkan kesyirikan dan kaum musyrikin. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun kedua Hijriyyah.

Demikian pula pada bulan Ramadhan terjadi Fathu Makkah dan ketika itu manusia masuk ke dalam Islam secara berbondong-bondong, dihancurkannya kesyirikan dan patung-patung berhala dengan keutamaan dari Allah Ta’ala. Maka sejak saat itulah kota Makkah menjadi negeri kaum muslimin setelah sebelumnya menjadi sarang kesyirikan dan kaum musyrikin. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun kedelapan Hijriyyah.

Demikian pula pada bulan Ramadhan tahun 584 Hijriyyah, Allah ta’ala memberikan pertolongan-Nya kepada kaum muslimin di medan pertempuran Hithin dan berhasil mengalahkan kaum salibis (Nasrani) pada pertempuran tersebut, sehingga Baitul Maqdis kembali ke pangkuan kaum muslimin.

Dan juga pada bulan Ramadhan tahun 658 Hijriyah, Allah Ta’ala memberikan pertolongan kepada kaum muslimin untuk mengalahkan sejumlah besar pasukan Tartar.

Inilah gambaran secara umum dari keistimewaan bulan Ramadhan dan keutamaan-keutamaannya yang banyak serta barakahnya yang melimpah. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Kamis, 17 Februari 2011


Senja


Jakarta, 27 Mei 2010,
di kamar kost

Senja yang datang di ufuk barat
Sejenak singgah menghampiri langit sore
Subhanalloh…
Maha suci DIA…
Maha mencipta..dan menjaga…

Senja itu…..
Senja yang terlalu temaram
sengaja hadir melantun bait-bait kepapaan
memudar terang…. Dan berubah menjadi gelap
Melambai…. menyapa setiap indra
Merona, membagi keindahan
Memberi semangat diri
Yang tersandar ditepi mimpi

Senja itu……..
Sejenak memalingkan harap bersama mimpi……


yudistira
arTi SaHabaT





sAhabat....

sahabat itu seperti bintanG...

walaupun jauH ia kan tetap BerCahaya...

meski kadaNg menghilanG ia tetap ada....

tak mungkin diMiLiki tapi takkan bisa diluPakan ....

dan seLalu ada di HATI.................


by Dhany yusuf




" tidaklah sempurna keimanan seeorang hingga ia mencintai sahabatnya daripada dirinya sendiri........... "

Jumat, 04 Februari 2011

CINta HAKiki

“Al- Isyq adalah cinta yang berlebihan, adayg berpendapat bahwa maknanya adalah; “Rasa kagum seseorang terhadap apa yang dicintainya baik cinta itu penuh dengan iffah (kesucian) maupun cinta kotor penuh nafsu...” (Ibnu Manzhur)

“Al- Isyq adalah rusaknya perasaan, khayal dan pengetahuan. Sebab orang yang tengah terkena Al-isyq (api asmara) selalu mengkhayalkan orang yang dicintainya berbeda dengan yang sebenarnya hingga akhirnya dia tertimpa penyakit Al-Isyq” (Ibnu Taimiyah)

Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata;

Jika seseorang dijangkiti demam cinta, kemudian ia menjaga kesucian diri dan bersabar, kelak dia akan diberikan ganjaran atas ketakwaannya kepada Allah.

Telah diriwayatkan sebuah hadits;

“Barangsiapa yang jatih cinta, kemudian ia menjaga kesucian diri, menyembunyikannya dan bersabar, kemudian mati maka ia dianggap mati syahid ”

Hadits ini dikenal dari riwayat Yahya Al-Qattat dari mujahid, dari ibnu Abbas –radhiallahuanhuma- secara marfu’ tetapi riwayat ini perlu ditinjau ulang dan tidak dapat dijadikan sebagai hujjah.

Tetapi menurut dalil dalil syariat, jika seseorang menahan diri dari perkara-perkara yang diharamkan, baik berupa pandangan, perkataan dan perbuatan yang diharamkan, lalu ia mampu untuk menyembunyikannya, tidak diungkapkan dengan perkataan yang diharamkan atau tidak mengadukan nasibnya kepada manusia, menampakkan perbuatan keji atau berupayamenghubungi orang yang dicintainya, ia bersabar untuk tetap taat kepada Allah, menahan diri dari berbuat maksiat dan bersabar atas derita menahan cinta yang ditanggungnya dalam hati sebagaimana sabarnya orang yang ditimpa musibah , maka ia tergolong orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan tergolong orang-orang yang bersabar. (Majmu’ Al-Fatawa)

jika ingin melupakan kekasihmu

maka menjauhlah darinya sebanyak bilangan malam

yang berganti

engkau tidak akan melupakan kekasihmu

tanpa menjauhinya

orang yang baru tidaklah sama dengan orang yang berlalu

(syair Zuhair bin Al-Hubbab Al-Kalbi)

Ibnul Jauzy berkata setelah menyebutkan sebagian obat penawar bagi penyakit al-isq ,

Jika ada yang bertanya;

“ Apa pendapatmu tentang orang yang bersabar atas kekasihnya dan terus menerus bersabar sepenuhnya untuk tidak menyambung cintanya, namun khayalan tentang diri kekasihnya dalam hati masih melekat dan godaan jiwanya tidak pupus?”

Beliau menjawab;

“jika engkau mampu menahan seluruh anggota tubuhmu berarti engkau telah memotong sumber air yang mengalir ke sebuah lembah, seiring dengan berjalannya waktu kelak air yang ada dalam lembah itu akan mengering. Apalagi jika matahari musim panas (rasa takutmu) telah muncul. Dan apalagi jka telah melintas dihadapannya api muraqabbah terhadap Dzat yang mengetahui apa yang terpendam dalam jiwa. Maka air akan segera mengering.

Setelah itu bermohonlah kepada Dzat yang engkau rela bersabar karena-Nya dan ucapkanlah; “Wahai Rabbku! Aku telah berbuat apa yang aku sanggup, maka jagalah apa-apa yang aku tak sanggup menjaganya sendiri”.

Ibnu Hazm berkata;

Tidak ada cela bagi orang yang tabiat dalam dirinya cenderung kepada kejelekan walaupun sangat tercela dan hina selama dia tidak menampakkannya dalam perkataan maupun perbuatan. Bahkan bisa jadi akan lebih terpuji dibandingkan orang yang tabiat dasar pada dirinya selalu mengajaknya untuk berbuat hal-hal yang mulia. Sebab tidak mungkin dapat mengalahkan tabiat yang rusak kecuali ia memiliki akal yang utama.

crered by dhany yusuf

Senin, 31 Januari 2011

Proses pembentukan gambar pada film radiography



Proses pengolahan film berfungsi untuk merubah bayangan laten (laten image) menjadi bayangan tanpak (permanent). Proses pembentukan bayangan nyata didahului proses pembentukan bayangan laten.

Emulsi film radiografi terdiri dari kristal-kristal AgBr dalam bentuk ion Ag+ dan Br- dalam kisi kubus. Kehadiran impuritas mengganggu permukaan kubus yang membentuk sensitivity speck (bintik sensitif). Ion Br- apabila terkena radiasi sinar-x akan terbentuk atom Br dan elektron, menurut reaksi :

Br- + sinar-x ( hf ) → Br + elektron.

Atom Br akan diserap oleh dasar film (base) yang terbuat dari bahan gelatine. Elektron yang terbentuk akan terperangkap oleh oleh sensitivity speck dan menarik muatan positif Ag+ sehingga menjadi atom Ag. Kristal dengan atom Ag pada permukaanya disebut bayangan laten (laten image). Proses pembangkitan bayangan oleh larutan pembangkit yang mengandung larutan alkali. Tahap selanjutnya gambar difiksasi di dalam cairan penetap. Kristal yang tidak mengandung bayangan laten (laten image) dicuci dan menghasilkan densitas terang pada film.


Proses Penetapan Gambar

Bayangan pada film yang dihasilkan didalam proses pembangkitan bersifat berubah-ubah (sementara), sehingga proses pembangkitan harus dihentikan. Jika pembangkitan tidak dihentikan maka bayangan atau gambar yang terjadi akan bertambah densitasnya. Untuk itu film setelah selesai pada tahap pembangkitan dicuci (rinsing) yang kemudian dimasukkan ke dalam cairan penetap (fixer). Gambar atau bayangan akan mengalami proses penetapan (fiksasi).

Komposisi larutan penetap

Proses fiksasi secara umum berfungsi untuk menghentikan proses pembangkitan, melarutkan butir-butir perak bromida (AgBr) yang tidak terekspose (terpapar radiasi sinar-x) dan mengeraskan imulsi film. Oleh karena itu bahan untuk larutan penetap (fixing agent) dipilih harus mampu mengubah butir-butir perak bromida (AgBr) menjadi komponen yang larut dalam air. Sifat lain dari bahan larutan penetap yaitu bahan tidak merusak dasar film (base) yang mengandung gelatine.

Bahan larutan penetap

Bahan yang dapat digunakan untuk larutan penetap (fixing agent) adalah :

• Natrium Thiosulfat (Na2S2O3)
Natrium Thiosulfat (Na2S2O3) atau dikenal hypo adalah bahan yang paling umum digunakan untuk larutan penetap. Reaksi dengan butir-butir perak bromida (AgBr) adalah :

Na2S2O3 + AgBr → Na2Ag(S2O3)2 + NaBr

• Amonium Thiosulfat
Bahan ini biasanya digunakan kemasan dalam bentuk cairan (liquid concerted), reaksi dengan butir-butir perak bromida (AgBr) sama dengan bahan natrium thiosulfat. Komponen amonium agak kurang stabil dibandingkan bahan hypo, namun reaksinya lebih cepat pada kosentrasi yang sama oleh karena sering digunakan untuk pengolahan outomatic (rapid fixer).


Nomer Komposisi Bahan Berat (gram)
1 Fixer agent (Na2S2O3) 400
2 Accelerator (CH3COOH) 10
3 Preservativ (NaHSO4) 15
4 Hardener (K2SO4Cr2(SO4)2 24H2O 15
5 Solvent 1000

Sumber : Radiographic Photography, Chesney, 1971

Minggu, 23 Januari 2011

Radiasi CT Scan



Radiasi pada CT Scan


Penghitungan dosis pada CT Scan menggunakan dosis efektif yang diartikan sebagai jumlah bobot dosis organ akibat pemeriksaan dengan faktor bobot masing-masing jaringan. Meskipun tampak mudah untuk menghitung dosis efektif, sebenarnya sulit untuk secara akurat menghitung dosis tersebut untuk sebuah organ secara individual dari sebuah CT scan. Bahkan hal ini lebih sulit ketika menghitung dosis efektif untuk tiap pasien dengan karakteristik yang berlainan pada tinggi, berat, usia, dan jenis kelamin. Tingkat acuan dosis CT Scan khususnya pada orang dewasa yang dikeluarkan oleh Safety Standars, Safety Series No.115, International Basic Safety Standars terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Acuan Dosis CT Scan khusus orang dewasa (Batan,2007)

No Pemeriksaan Dosis rata-rata (mGy)
1 Abdomen 25
2 Head 50
3 Lumbar spine 35

Menurut Duerk (2002), banyaknya radiasi yang diterima pasien selama pemeriksaan CT Scan adalah merupakan fungsi dari beberapa parameter. Parameter tersebut meliputi energi berkas (kVp), arus tabung (mA), waktu rotasi (s), slice thickness, range, FOV dan picth (pada scanning spiral).


Cara Pengukuran Radiasi Pasien Pada CT Scan (Seeram, 2001, Bushberg,2003, Goldman,2007)

Sejarah tentang metode pengukuran dosis pada CT Scan mempunyai banyak skema pengukuran dosis yang didefinisikan sebagai D(z). Beberapa skema di antaranya dengan thermoluminescent dosimetry (TLD) yaitu meletakkan dua kristal pada tepi-tepi lebar berkas sinar-X, dilakukan eksposi kemudian pengukuran dosis yang diserap oleh masing-masing kristal tersebut (Jucius and Kambic, 1977; Dixon and Eckstrand, 1978; Shope et al, 1982; Cacak and Hendee, 1979). Teknik lainnya menggunakan tabung ionisasi khusus yang dapat digunakan untuk mengukur dosis dari beberapa titik pada lebar berkas sinar-X (Moore, Cacak, and Hendee, 1981) dan merekonstruksi dosis hasil pengukuran tersebut ke dalam kurva dosis.
Konsep serupa dikemukakan oleh Burlaw, personel doker radiologi yang menangani masalah dosis CTDI. Untuk memperoleh CTDI, ion chamber yang berbentuk pensil disisipkan dalam lubang garis phantom. Ion chamber sangat bagus khususnya untuk pengukuran radiasi hambur, karena dapat menunjukkan dosis rata-rata pasien pada single scan yang diperoleh.
Metode yang banyak digunakan adalah dengan standar dosimetri silindris pada phantom, dengan dosimeter diletakkan di permukaan dan di sebelah dalam phantom. Dosis radiasi yang tepat tidak jelas ditampakkan dengan phantom silindris karena banyak faktor seperti posisi, variasi bentuk pasien dan atenuasi sinar-X yang tidak sama. Namun demikian metode ini berguna untuk menunjukkan bagaimana variasi dosis yang ada pada scanning (pengirisan) selama pemeriksaan (Goldman,2007).

Metode lain dari catatan untuk menghitung dosis efektif dengan melibatkan faktor konversi dari sebuah regio anatomis umum juga dijelaskan oleh European Guidelines on Quality Criteria for Computed Tomography, yang berdasar pada penelitian Jessen et al. Pada pendekatan ini CTDIW dan jarak digunakan untuk menghitung Dose Length Product (DLP), yang kemudian dikalikan dengan sebuah factor konversi regio spesifik untuk menghitung dosis efektif. Faktor konversi ini berjangkauan dari 0.0023 mSv/mGy cm untuk regio kepala ke 0.017 mSv/mGy cm untuk regio dada dan 0.019 mSv/mGy cm untuk pelvis.

Sebuah scan dada yang dilakukan dengan sebuah scanner single detector pada 120 kVp, 250 mAs, kolimasi 5-7 mm, dan sebuah pitch 1, CTDI100,center akan menjadi 10 mGy, CTDI100,tepi akan menjadi 18 mGy, CTDIW akan menjadi 15 MGy, dan CTDIvol akan menjadi 15 mGy. Jika diasumsikan panjang scan 25 cm, DLP akan menjadi 375 mGy cm; ketika factor konversi untuk dada digunakan, perkiraan dosis efektif akan menjadi 6.4 mSv. Sebuah scan kepala yang dilakukan dengan scanner single detector pada 120 kVp, 300 mAs, kolimasi 5 mm ,dan sebuah pitch 1, CTDI100,center akan menjadi 40 mGy, CTDI100,tepi akan menjadi 40 mGy, CTDIW akan menjadi 40 mGy, dan CTDIvol akan menjadi 40 mGy. Jika diasumsikan panjang scan 17.5 cm, DLP akan menjadi 700 mGy cm; ketika factor konversi untuk kepala digunakan, perkiraan dosis efektif akan menjadi 1.6 mSv (Michael,2002).

Dosis Radiasi

DOSIS RADIASI ( Batan,2007 )
a. Besaran dan Satuan Dosis Radiasi

1). Paparan
Paparan adalah kemampuan radiasi sinar X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara pada volume tertentu. Satuan paparan adalah coulomb/kilogram (C/kg)

2). Dosis serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy)

3). Dosis Ekivalen
Dosis ekivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. Satuan dosis ekivalen adalah Sievert (Sv)

4). Dosis Efektif
Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ. Satuan dosis efektif adalah Sievert (Sv)

5). Dosis Kolektif
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man).


b. Alat Ukur Radiasi

1). Surveymeter
Surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Alat tersebut berfungsi untuk mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja.

2). Personel monitor:

a). Pocket Dosimeter (Dosimeter saku)
Pocket dosimeter saku merupakan detektor isian gas yang bekerja pada daerah ionisasi dan menghasilkan tanggap secara langsung.

b). Film Badge
Film badge adalah detector yang berbentuk film photografi yang berbentuk emulsi butiran perak helida (AgBr).

c). Termo Luminiscence Dosimeter
Termo Luminiscence Dosimeter menggunakan bahan kristal an organik seperti LIF yang bila dikenai radiasi maka mempunyai proses sintilasi.


Computed Tomography



Pesawat CT Scan


a. Pengertian Computed Tomografi Scaning

CT Scan pertama kali diperkenalkan oleh Godfrey Hounsfield seorang insinyur dari Electronic Musical Industries ( EMI ) Limited London dengan James Ambrose seorang teknisi dari Atkinson Morley’s hospital di London Inggris pada tahun 1970 ( Ballinger, 1995)
CT scan (computed tomografi scaning) adalah teknik scaning memanfaatkan x-ray yang menggunakan komputer untuk menciptakan gambaran cross-sectional tubuh. Peralatan CT Scanner terdiri atas tiga bagian yaitu sistem pemroses citra, sistem komputer dan sistem kontrol.


b. Komponen pada Pesawat CT-Scanner

1). Table dan Gantry
Table merupakan tempat posisi pasien untuk melakukan pemeriksaan, bentuk surya yang terbentuk dari Carbon graphite fiber yang mempunyai nilai penyerapannya rendah terhadap berkas sinar. Table pada CT dilengkapi sebuah cradle, meja control, serta indicator ketinggian meja.
Gantry merupakan suatu tempat, didalamnya terdiri dari X-ray Tube, Filter, Collimator, Lampu indicator untuk sentrasi berupa sinar laser atau Infra Red dan DAS (Data Acquisition System). Pada gantry diperlengkapi data digital yang memberikan informasi tentang crandel, ketinggian meja dan kemiringan gantry.

2). Tabung Sinar X
mempunyai fungsi sebagai pembangkit sinar-x harus memiliki karakteristk tertentu diantaranya:

- Menggunakan ukuran focal spot ukuran kecil 10,6 mm² - 1,2 mm².
- Idealnya berkas radiasi bersifat monochromatic.
- Agar reklontruksi gambaran lebih akurat dan mudah.
- Anode Heat Strorage Capacity (700.000 HU-2000.000 HU).
- Tahan terhadap goncangan/shock proof.

3). Collimator pada Computer tomography terdiri dari dua buah yaitu:
- Collimator pada X-ray tube, berfungsi mengurangi dosis radiasi, pembatas luas lapangan penyinaran dan memperkuat berkas sinar.
- Collimator pada detector, berfungsi penyearah radiasi menuju ke detector, pengontrolan radiasi hambur. menentukan ketebalan pada slice thickness/voxel.
- Pixel width tidak ditentukan oleh colimator, tapi berhubungan dengan program computer.


4). Detector merupakan alat yang berfungsi mengubah sinar x setelah menembus objek menjadi sinyal listrik nya berupa data analog kemudian diproses DAS. secara garis Detector dan DAS berfungsi sebagai menangakap sinar x yang telah menembus objek (sinar x yang telah teratenuasi), merubah sinar x dalam bentuk signal-signal elektronik, menguatkan signal-signal elektronik dan merubah electronic signal ke data-data digital.

5). X-ray Control terdiri dari generator sinar-X bertegangan tinggi/high voltage transformer, RARC (Rapid Accelerator Rotor Controller) dan X-ray tube indicator. X-ray control ini berperan penting pada saat dilakukan pemanasan tabung sinar-X.

6). Computer merupakan jantung dari semua instrument pada CT dan berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekontruksi/pengolahan data, display gambaran serta menganalisa gambaran. Pada CT/T General Electric 8000 dan 8800 diperlengkapi suatu alat pembantu untuk proses rekontruksi gambaran yang dikenal dengan nama ARRAY PROCESSOR.

7). Disc Unit merupakan alat untuk memyimpan program hasil kerja dari computer ketika melakukan scanning, reconstruction dan display gambaran. Data yang tersimpan dapat berupa data mentah maupun data yang telah permanen.

8). Magnetic Tape Unit digunakan sebagai penyimpan data pasien pada suatu tape atau pita. MTU dapat diletakan pada Disc Unit sehingga data yang terdapat didalamnya sewaktu-waktu apabila diperlukan dapat dipanggil kembali. Tapi pada proses scanning MTU diletakan pada suatu BOX tersendiri, biasanya pada bagian bawah box tersebut diperlengkapi oleh alat yang disebut RAMTEX merupakan komponen komputeryang berperan penting dalam pen’display’an suatu gambaran.



c. Prinsip dasar CT Scanner

Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu check-in nya).
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai obyek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh Analog to Digital Converter (A/DC) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.



d. Pemprosesan data

Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor.

e. Kualitas Image pada CT Scan

Citra ( image) adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu obyek atau benda ( kamus Waber).
Citra dikelompokkan menjadi dua yaitu citra tampak dan citra tak tampak. Citra tampak misalnya foto, lukisan dan apa yang Nampak di monitor atau televise. Sedangakn citra tak tampak misalnya gambar atau file ( citra digital). Untuk dapat dilihat oleh manusia, citra tak tampak ini harus diubah menjadi citra tampak misalnya dengan menampilkannya di monitor, dicetak dimedia kertas dan lain-lain. Dari jenis citra tersebut hanya citra digtal yang dapat diolah oleh computer. Jenis citra lain jika ingin diolah dalam computer harus diubah dalam bentuk citra digital. Misalnya organ kepala yang dipindai dengan CT Scan. Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital menjadi digital disebut sebagai pencitraan (imaging). ( Balza, 2005 )
Citra CT Scan adalah tampilan digital dari crossectional tubuh dan berupa matriks yang terdiri dari pixel-pixel ( Greenfield, 1984 ) atau tersusun dari nilai pixel yang berlainan ( Bushong, 1987 ).


Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan adalah spatial resolution, kontras resolution, noise dan artefak ( Seram, 2001).
1). Spatial resolusi
Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama (Seeram,2001). Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama. Dipengaruhi oleh factor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran matriks, magnifikasi, dan FOV.( Seeram,2001 ). Resolusi spasial atau High Contras Resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda. Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003) resolusi spasial dipengaruhi oleh : faktor geometri, rekonstruksi algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar (magnifikasi), Focal Spot, Detektor


2). Kontras resolusi
Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003) kontras resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV dan filter kernel (rekonstruksi algorithma).

3). Noise
Menurut Seeram (2001) noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen. Noise tergantung pada beberapa faktor antara lain : mAs, scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek dan algoritma Menurut Seeram (2001) noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT Number pada jaringan atau materi yang homogen. Sebagai contoh adalah air memiliki CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT Number pada pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. Noise ini akan mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise maka kontras resolusi akan menurun (Bushberg,2003).

Menurut Reddinger (1998) faktor yang menyebabkan noise adalah :
a.Faktor eksposi : mAs, kV, semakin besar faktor eksposi akan menurunkan noise.
Salah satu parameter yang mempengaruhi CT number adalah pemilihan tegangan tabung sinar-X/kV (Qamhiyeh, 2007). Pengaturan tegangan sinar-X menentukan jumlah energi foton sinar-X. CT number akan mengalami kenaikan seiring dengan penurunan tegangan tabung sinar-X. Hal ini akan berpengaruh pada image quality dan level of noise (Qamhiyeh, 2007). Penelitian menggunakan variasi kV dianggap perlu semenjak kalibrasi air dan udara pada pesawat CT Scan Somatom Emotion terpelihara dengan cara mengubah tegangan tabung sinar-X. Estimasi tegangan tabung yang memiliki energi tinggi dan memiliki efektifitas energi adalah 80 kV, 110 kV dan 130 kV (Qamhiyeh, 2007).

b.Ukuran pixel, dipengaruhi oleh FOV dan ukuran matriks. Semakin besar ukuran pixel, noise semakin berkurang, akan tetapi resolusi spatial menurun.

c.Slice thickness, semakin besar slice thickness noise akan berkurang.

d.Algoritma, penambahan prosedur algoritma sesuai kebutuhan dapat meningkatkan image noise, peningkatan image noise dapat menurunkan resolusi kontras.
Keterangan

- Jika ukuran pixel semakin lebar, maka noise dalam resolusi spasial akan semakin menurun.
- Jika slice thickness semakin meningkat, maka noise dan resolusi spasial akan semakin menurun.
- Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang diterima meningkat tapi noise semakin menurun.


4). Artefak
Secara umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam CT Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan / perbedaan antara rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang diperiksa (Seeram,2001).



f.Parameter CT Scan
Pada CT scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal yaitu:

1). Slice Thickness
Slice Thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang diperiksa. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya dengan ukuran yang tipis akan menghasilkan detail-detail yang tinggi. Bila ketebalan meninggi akan timbul gambaran-gambaran yang mengganggu (artefak) dan bila terlalu tipis noise akan meningkat.
Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar CT Scan mempunyai pengaruh langsung terhadap spatial resolusi yang dihasilkan. Dengan slice thickness yang meningkat (tipis) maka spasial rasolusi gambar semakin baik, demikian sebaliknya. Namun pengaruh yang berbeda terhadap dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Semakain tipis irisan, dosis radiasi semakin tinggi dan berlaku sebaliknya (Seeram, 2001).
Seeram (2001), pada volume CT singel slice, ketebalan irisan/ slice thickness dari irisan ditentukan oleh picth dan lebar dari precollimator (yang juga definisikan sebagai beam with [BW]) pada pusat dari rotasi. Beam with (BW) diukur pada poros-z pada pusat dari rotasi untuk singel row detector array, dan digambarkan oleh lebar precollimator. Lebar dari precollimator menggambarkan ketebalan irisan/ slice thickness (z axis resolusi atau spatial resolusi) dan pengaruh volume coveage terhadap kecepatan kinerja.
Slice thickness yang tebal akan menghasilkan contrast resolusi yang baik (SNR baik), tetapi spatial resolution pada slice thickness yang tebal akan tereduksi. Bentuk slice sensitivity profile untuk singel detektor merupakan konsekwensi dari : terbatasnya lebar dari focal spot, penumbra dari kolimator, faktor gambaran komputer dari jumlah sudut projeksi yang melingkari pasien. Pada helical scan meliliki slice sensitivity profile sedilit lebih luas untuk translasi pasien selama scanning (Bushberg, 2003).
Pada CT multislice, slice thickness dari irisan yang ditentukan oleh beam with (BW), picth dan faktor yang lain seperti bentuk dan lebar dari filter rekonstruksi pada poros-z. Beam with (BW) masih didefinisikan pada poros-z pada pusat rotasi tapi pada multislice digunakan untuk empat baris detektor array. Lebar beam with digunakan untuk empat irisan dan ditentukan oleh precollimator (Seeram, 2001).

2). Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness dengan ketebalan irisan berbeda pada masing-masing range tetapi masih dalam satu volume investigasi.

3). Volume Investigasi
Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang diperiksa.

4). Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu (S). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Image quality tergantung pada produksi sinar-X yang berarti pula dipengaruhi oleh mili ampere (mA), waktu (s) dan tegangan tabung (kV). Salah satu usaha dalam pengendalian Image noise pada gambaran CT Scan adalah dengan melakukan pemilihan kV yang tepat pada saat scanning dengan harapan dapat memberikan kualitas hasil yang optimum dalam rangka menegakkan diagnosis.
Menurut Sharma dkk (2006) pemilihan kV mengacu pada efektivitas energi yaitu 80 kV, 110 kV dan 130 kV. Pemilihan tegangan yang tinggi antara rentang 80–140 kV direkomendasikan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi. Efek yang ditimbulkan dari pemilihan kV telah diteliti untuk pesawat CT Scan Siemes Emotion, di mana penurunan kV diikuti dengan peningkatan fluktuasi CT number (noise). Penelitian tersebut sebagai dasar estimasi efek dari variasi perbedaan penggunaan voltage( kV) pada pesawat CT Scan Siemes Emotion (Brindha, Subramanian dkk, 2006). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dalam buku petunjuk Equitment Specification Detail untuk pesawat Siemen Emotion, parameter untuk tegangan tabung sinar-X yang tersedia adalah 80 kV, 110 kV dan 130 kV dengan mA : 20-240, Daya maksimal 40 kW. Homogenitas CT number air pada 110 kV dan 130 kV kurang dari 1 HU (Sharma dkk, 2006).
5). Field of View (FOV)
Field of view adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi.

6). Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dan detector).

7). Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks berfungsi untuk merekonstruksi gambar.

8). Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka akan semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan.

9). Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor dengan satuan HU (Hounsfield Unit). Menurut Amarudin (2007), window width yang sempit akan menghasilkan image yang memiliki kontras yang tinggi, tetapi struktur di luar window tidak terepresentasikan bahkan terabaikan. Sementara bila mengunakan window yang luas, perbedaan kepadatan yang kecil akan terlihat homogen dan data akan termasking (tertutup/ tersembunyi). Amarudin merkomendasikan teknik doubel window yaitu teknik untuk mendisplaykan dua tipe jaringan yang perbedaan kepadatannya sangat besar (paru dan usus halus). Teknik ini baik untuk diagnosis.

10). Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar.